Kau disebut perawan sebab kau rawan dan harus berhati-hati.
Maka, saat kau beranjak dewasa dan tamumu mulai datang.
Ibumu selalu girang karena “tamu” telah mengetuk pintu putrinya.
Darah merah melambangkan kesuburan, lalu tuman datang setiap bulan.
Per 28 hari, lima sampai tujuh hari, apa yang terjadi?
Seperti ayam, telurmu tumbuh dalam tubuh.
Ibumu bahagia, bersyukur dan berdoa. Lalu pesannya,
“jagalah bungamu, jangan kaubuahi telurmu,
agar kau suci selalu hingga
menjadi persembahan paling berarti bagi calon suami”
Pagar ayu-pagar ayu…sesuatu yang rawan
sebab kau memang perawan.
Sesuatu yang harus dijaga sebab sacral adalah capnya.
Lalu kau menyumpahi dirimu karena kau wanita.
Tapi kemudian dirimu matang seperti telurmu
yang siap panggang.
Kau siap menjadi pembawa generasi bagi manusia,
dan surga ada di telapak kakimu.
dikutip dari Tabula Rasa - Ratih Kumala, Grasindo 2004
Tidak ada komentar:
Posting Komentar