Kamis, 12 April 2012

Love Letter from Beno to Alexandra "Twivortiare"



Dear Alexandra, terima kasih ya tadi malam udah menyelimuti aku. Bangun tidur dan merasakan badan aku hangat karena diselimuti kamu itu rasanya tenang dan lega, lex, bahwa kamu masih mau memperhatikan aku, walaupun saat ini ngomong sama aku pun kamu nggak mau lagi. ,Terima kasih karena selama ini kamu juga memberikan perhatian, rasa tenang, dan hangat kepada aku setiap malam, Alexandra.

Aku pergi ke rumah sakituntuk berusaha membuat pasien tetap hidup, tapi aku pulang setiap malam ke kamu karena Cuma kamu yang bisa buat aku tetap ingin hidup.  Aku pulang setiap malam dengan rasa kecanduan perhatian, rasa tenang, hangat dan semua perasaan yang kamu berikan Alexandra.
Sepanjang hari aku hidup untuk menolong orang, sepanjang hari itu juga aku bertahan karena aku tahu setelah setiap hari yang berat itu, aku punya kamu sebagai tujuan untuk pulang.

Setiap aku merasa capek banget berdiri seharian demi membedah orang, aku ingat bahwa nanti waktu aku pulang rumah, ada kamu yang memeluk aku, dan mengelus elus punggung aku yang pegal banget ini, Alexandra. Tahu bahwa ada kamu di rumah setiap malam adalah satu satunya hal yang bisa bikin aku bertahan dalam tekanan apapun yang aku hadapi tiap hari di rumah sakit.

My patient owe their lives not to me, but to you, because you’re the one who can make me function every  single day.

Maafkan aku, karena aku lupa bahwa keberadaan kamu sebagai istri bukan Cuma untuk memberi perhatian, rasa tenang, hangat dan sayang kepada aku,suami kamu. Aku lupa bahwa keberadaan kamu bukan hanya untuk memuaskan kebutuhan dan kecanduan aku pada kamu.

Maafkan aku, lex, karena disaat kamu ngerti banget gimana membuat aku bahagia, suami kamu ini justru nggak mengerti gimana caranya buat kamu merasa yang sama. Merasa disayangi, diperhatikan, dijadikan nomor satu, seperti yang kamu berikan kepada aku.

Jadi supaya aku bisa jadi suami yang lebih baik buat kamu, karena istri yang sempurna seperti kamu berhak mendapatkan aku yang sempurna juga, mohon bersabar dan ajari aku ya.

 Sejak  aku pertama sayang kamu hampir 7 tahun yang lalu, tiap hari aku belajar tentang kamu, Lex. Aku belajar apa yang bikin kamu tertawa, apa yang bikin kamu sedih. Aku merasa bahwa gagal banget waktu aku sadar bahwa bertahun tahun aku belajar kamu, ternyata aku masih juga menyakiti kamu. Disaat saat aku merasa sudah hapal apa saja yang bikin kamu menangis jadi aku menghindari semua hal hal itu, airmata kamu masih jatuh juga, Lex.

Aku nggak pinter dengan kata kata, aku juga nggak pinter menunjukkan perasaan aku, aku mungkin juga nggak pinter menjaga perasaan kamu, tapi aku ingin kamu tahu kalau aku cinta mati sama kamu, Lex. Aku nggak mau perempuan sampai kapanpun.

Jadi ajari aku ya, Lex. Mohon sabar dan ajari Beno-nya kamu ini biar bisa membuat kamu merasakan cinta matinya aku sama kamu setiap hari. Maaf aku harus minta maaf pakai tulisan tangan yang jelek ini. Aku takut salah bicara dan makin menyakiti kamu kalau aku ngomong langsung, Yang. Udahan yah marahnya, Yang. Aku udah nggak kuat lagi tidur lebih dari 2 malam ini tanpa merasakan hangat dan tenangnya memeluk kamu.

Sayang kamu banget, Alexandra, lebih dari apapun…..
 
Beno

Rabu, 11 April 2012

......

Gemuruh di hatiku mereda dengan sendirinya..

Langit menjadi lebih cerah dan udara tak lagi menyesakkan dada...

Mungkin karena t'lah kutemukan

definisi lain dari cinta...

Makna yang tak lagi berasal dari pertemuan...

Dan rasa rindu membuatku bahagia...

Nb : quote favorit dari novel "always laila" , novelnya sudah nggak tahu lagi keberadaannya dimana. saking sukanya ama quote ini, dulu sempat ditulis di buku catatanku, sekarang sudah tersimpan rapi di memo hape aku :)

Rabu, 04 April 2012

untitled


Kau disebut perawan sebab kau rawan dan harus berhati-hati.
Maka, saat kau beranjak dewasa dan tamumu mulai datang.
Ibumu selalu girang karena “tamu” telah mengetuk pintu putrinya.
Darah merah melambangkan kesuburan, lalu tuman datang setiap bulan.
Per 28 hari, lima sampai tujuh hari, apa yang terjadi?
Seperti ayam, telurmu tumbuh dalam tubuh.
Ibumu bahagia, bersyukur dan berdoa. Lalu pesannya,
“jagalah bungamu, jangan kaubuahi telurmu,
agar kau suci selalu hingga
menjadi persembahan paling berarti bagi calon suami”
Pagar ayu-pagar ayu…sesuatu yang rawan
sebab kau memang perawan.
Sesuatu yang harus dijaga sebab sacral adalah capnya.
Lalu kau menyumpahi dirimu karena kau wanita.
Tapi kemudian dirimu matang seperti telurmu
yang siap panggang.
Kau siap menjadi pembawa generasi bagi manusia,
dan surga ada di telapak kakimu.

dikutip dari Tabula Rasa - Ratih Kumala, Grasindo 2004